Ketahui Gejala Penyakit Vaginitis, Jenis-Jenis Penyebabnya
Merasakan gatal pada area kemaluan bukanlah hal yang jarang terjadi, namun bisa jadi itu merupakan gejala penyakit vaginitis. Terdapat rasa gatal yang sifatnya ringan, serta dapat membaik dalam beberapa hari.
Tetapi jika gatal semakin parah, Anda harus segera konsultasikan ke dokter. Karena mungkin saja salah satu penyebabnya adalah vaginitis, hal itu dikarenakan terjadinya peradangan pada vagina dan vulva.
Gejala Penyakit Vaginitis yang Dirasakan Penderita
Gejala vaginitis pada penderita membuat rasa tidak nyaman sebab menimbulkan rasa perih, gatal, sampai terjadinya pembengkakan organ intim. Penyebabnya dikarenakan infeksi akibat paparan organisme, seperti parasit, virus, atau bakteri.
Penyebab lainnya yaitu penderita kekurangan kadar estrogen sesudah masa menopause dan iritasi akibat pemakaian produk kewanitaan. Gejala penyakit vaginitis yang dirasakan oleh penderita diantaranya keputihan, gatal, iritasi, juga rasa tidak nyaman.
Penderita juga bisa merasakan sakit ketika buang air kecil, vagina menjadi kering, sakit saat berhubungan intim, pendarahan, bengkak, serta pecah-pecah. Keputihan atau cairan yang muncul berbeda-beda, tergantung jenis radang vaginanya.
Peradangan vagina atau vaginitis mempengaruhi vulva, ini merupakan bagian eksternal kemaluan wanita. Biasanya, terjadi pada saat wanita memasuki fase subur. Perubahan keseimbangan diakibatkan bakteri memicu gejala vaginitis.
Jenis-Jenis Penyebab Penyakit Vaginitis
Berdasarkan penyebabnya, gejala penyakit vaginitis terbagi ke dalam beberapa jenis. Berikut beberapa jenis vaginitis yang bisa menimpa para wanita, disertai gejala khas saat muncul pertama kali.
-
Infeksi Jamur
Penyebab pertama dikarenakan infeksi jamur candida albicans. Perubahan kondisi ekosistem pada kemaluan wanita mengakibatkan timbulnya jamur berkembangbiak melebihi batas normal. Kondisi tersebut memunculkan rasa nyeri, gatal, dan panas.
-
Vaginosis Bakterialis
Infeksi vagina ini terjadi sebab adanya gangguan keseimbangan bakteri baik pada vagina. Cairannya berwarna keabu-abuan, baunya tidak sedap atau amis akibat infeksi bakteri gardnerella vaginalis.
-
Trikomoniasis
Jenis ini terjadi karena parasite trichomonas vaginalis, cairan menjadi berbau, banyak, berwarna kuning kehijauan, terkadang berbusa. Trikomoniasis termasuk jenis paling parah, memicu rasa gatal, perih, bahkan menular saat berhubungan intim.
-
Sindrom Genitourinari pada Menopause
Kekurangan kadar estrogen sesudah mengalami menopause atau operasi pengangkatan indung telur membuat lapisan vagina menipis. Terkadang, kondisi ini menyebabkan iritasi, kering pada vagina, dan sensasi terbakar.
-
Vaginitis Tidak Menular
Rasa gatal dan perih tanpa terjadinya infeksi bisa dialami oleh penderita. Biasanya, hal itu dikarenakan adanya
Faktor Risiko Ini Meningkatkan Penderita Terkena PPOK
Risiko seseorang terkena gejala penyakit vaginitis lebih meningkat jika mengalami beberapa faktor yang memicu munculnya risiko tersebut. Berikut merupakan sejumlah faktor yang meningkatkan seseorang mengidap penyakit ini, yaitu:
- Sering menggunakan celana dalam yang lembab atau ketat
- Memakai KB spiral
- Sering berganti pasangan seksual
- Mengidap penyakit diabetes yang sulit dikontrol
- Membersihkan bagian dalam vagina (vaginal douching)
- Membersihkan miss v menggunakan sabun atau produk kewanitaan lainnya, misalnya deodoran atau semprotan vagina
- Memakai produk pembersih kewanitaan pada area miss v
- Terjadi perubahan hormon diakibatkan oleh kehamilan, mengonsumsi pil KB, atau menopause
- Mengalami efek samping dari obat-obatan, seperti kortikosteroid dan antibiotic
- Mengalami gangguan yang mempengaruhi sistem imun pada tubuh, misalnya sedang menjalani transplantasi organ atau mengidap HIV.
Itulah beberapa faktor risiko yang meningkatkan seorang wanita mengalami gejala penyakit vaginitis. Sebaiknya, hindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena vaginitis seperti pada penjelasan poin-poin di atas.
Pengobatan Pada Penyakit Vaginitis Berdasarkan Jenisnya
Untuk mengobati gejala penyakit vaginitis, terdapat beberapa pengobatan yang dapat Anda lakukan. Salah satunya termasuk memberikan kortikosteroid topikal dengan potensi rendah yang diaplikasikan pada kulit, antibiotik topikal, dan krim antibakteri.
Pada kasus infeksi jamur, pengobatannya memakai obat khusus untuk mengonbati infeksi jamur misalnya butoconazole dan clotrimazole. Dalam jenis vaginosis bakteri, pengobatan yang dilakukan biasanya menggunakan antibiotik seperti metronidazole atau clindamycin.
Adapun, beberapa pengobatan lainnya yang dapat dicoba seperti menggunakan kortison krim untuk mengatasi iritasi parah. Lalu, ada juga antihistamin apabila peradangan bersumber dari reaksi alergi.
Pengobatan karena disebabkan oleh kurangnya kadar estrogen, gunakan krim estrogen topikal. Namun, jika Anda merasakan jika penyebabnya dikarenakan suatu produk, berhenti memakai produknya demi memulihkan kesehatan miss v.
Sementara, pada perawatan kasus trikomoniasis biasanya yang diberikan adalah antibiotik dosis Tunggal. Tetapi Anda bersama pasangan harus mendapatkan perawatan, tujuannya agar mencegah terjadinya penularan infeksi kepada orang lain.
Untuk mencegah penyebaran bakteri feses ke arah miss v, cara membersihkannya harus benar dari depan menuju belakang. Gunakan celana dalam berbahan katun, Anda bisa melepas pakaian jika merasa nyaman.
Karena bakteri tumbuh subur di tempat lembab. Jangan juga terlalu sering menyentuh miss v kecuali pada saat mandi. Sebaiknya jangan berendam di air panas, khususnya pada bak dengan pusaran air.
Anda bisa menghindari penggunaan sabun dan pembalut yang beraroma kuat untuk tidak dikenakan pada area sensitif. Menjaga kebersihan organ intim dapat menjadi langkah terbaik mencegah Anda mengalami gejala penyakit vaginitis.