Berikut Sejarah Keraton Yogyakarta Sebagai Warisan Budaya
5 mins read

Berikut Sejarah Keraton Yogyakarta Sebagai Warisan Budaya

Kehadiran sejarah Keraton Yogyakarta menjadi salah satu warisan budaya. Selain itu, keberadaannya juga menjadi simbol dari kebudayaan Jawa dengan nilai historis, spiritual, serta memiliki arsitektur tinggi.

Keraton tidak hanya mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan dari Kesultanan Yogyakarta, namun juga pusat budaya serta tradisi masyarakat. Oleh sebab itu, penting memahami sejarah keraton serta tata ruangnya yang unik.

Ketahui Sejarah Keraton Yogyakarta Berikut

Sejarah Keraton Yogyakarta menjadi bagian penting dalam perkembangan budaya Jawa sekaligus perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia menghadapi penjajah.

Keraton Yogya memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai pusat kerajaan sekaligus kebudayaan masyarakat Jawa. Sejarah bermulai dari perjanjian Giyanti yang terjadi di tahun 1755 dalam mengakhiri konflik panjang antara Kesultanan Mataram dan pihak Belanda.

Perjanjian Giyanti tersebut akhirnya membagi Kesultanan Mataram menjadi dua bagian wilayah. Pembagian tersebut yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kesultanan Yogyakarta dengan pemimpin Sultan Hamengkubuwono I.

Bagian lain yaitu Kesunanan Surakarta di bawah pimpinan Paku Buwono III. Berdasarkan perjanjian tersebut, Sultan Hamengkubuwono I kemudian mendirikan pusat pemerintahan baru di Yogyakarta.

Pemerintahan baru tersebut terkenal dengan nama Keraton Yogyakarta. Untuk pembangunannya sendiri dimulai pada tahun 1755 dan selesai di tahun 1756. Untuk pemilihannya sendiri sangat hati-hati demi mengikuti prinsip kosmologi Jawa.

Dimana prinsip tersebut menghubungkan manusia, alam, dan Tuhan. Lokasi pembangunannya antara Gunung Merapi di bagian utara dan Laut Selatan di selatan. Selain itu, Sungai Code menjadi poros alami yang menjadi lambang dari harmoni alam.

Sejarah Keraton Yogyakarta telah menjadi simbol kekuatan politik maupun budaya di Jawa seiring berjalannya waktu. Meski kekuasaan politik Kesultanan Yogyakarta berkurang secara bertahap, baik karena penjajahan dan bergabung dalam pemerintah Indonesia.

Keraton tetap mempertahankan perannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Selain itu, sultan yang memimpin keraton juga diakui sebagai penjaga tradisi secara turun temurun. Pada masa perjuangan kemerdekaan, keraton memiliki peranan sangat penting.

Bahkan setelah proklamasi kemerdekaan di tahun 1945, Yogyakarta bahkan sempat menjadi ibukota sementara RI. Saat itu, Sultan Hamengkubuwono IX memberikan dukungan secara penuh pada pemerintahan Soekarno-Hatta.

Tata Ruang Keraton Yogyakarta

Sejarah Keraton Yogyakarta hingga kini bahkan menjadi bagian penting dari warisan nasional Indonesia maupun budaya Jawa. Sementara itu, tata ruang memiliki rancangan dengan filosofi mendalam yang mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Arsitektur ini tidak hanya memiliki tampilan yang indah, namun juga penuh dengan simbol cerminan pandangan hidup masyarakat Jawa. Berikut beberapa bagian penting dalam keraton sebagai bagian sejarah budaya maupun nasional yang perlu diketahui:

1. Poros Kosmologis

Pembangunan dari pusat kesultanan ini memiliki poros imajiner yang menghubungkan antara Gunung Merapi, Keraton, dan Laut Selatan. Poros ini sekaligus menjadi lambang akan berbagai aspek yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.

Tata ruang ini sekaligus menjadi cerminan akan kepercayaan bahwa manusia harus hidup selaras dengan alam. Selain itu, penting juga dalam menghormati kekuatan secara spiritual di dalamnya.

2. Dua Alun-alun Utama

Sejarah Keraton Yogyakarta tidak terlepas dengan keberadaan dua alun-alun utamanya. Yaitu alun-alun Utara dan alun-alun Selatan. Keduanya memiliki fungsinya tersendiri.

Seperti misalnya alun-alun Utara berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan acara-acara resmi, seperti perayaan tradisional dan upacara kerajaan. Sementara untuk alun-alun Selatan memiliki fungsi sebagai tempat wisata dengan daya tarik berupa tradisi.

3. Kompleks Inti Keraton

Keraton ini merupakan pecahan dari Mataram Islam Surakarta atau Kerajaan Surakarta. Untuk total luas dari wilayah secara keseluruhan mencapai 144 hektar. Area tersebut meliputi area dalam, kedua alun-alun, kompleks masjid Gedhe, hingga gapura Gladak.

Sementara luas untuk area inti atau kedhaton yaitu sekitar 13 hektar. Meski kesultanan secara resmi telah menjadi bagian dari negara Indonesia, namun kompleks bangunan ini masih memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sultan.

Bahkan hingga saat ini, rumah tangga istana masih menjalankan tradisi kesultanan. Sebagai salah satu tempat yang memiliki nilai historis tinggi baik dari segi budaya maupun perjuangan kemerdekaan, sejarah Keraton Yogyakarta menjadi objek wisata.

Sebagian kompleks menyimpan berbagai koleksi benda milik kesultanan sehingga menjadikan area ini sebagai museum. Termasuk di dalamnya berbagai pemberian para raja dari Eropa. Secara fisik istana para sultan ini memiliki tujuh area inti.

Tempat ini juga berfungsi untuk menyimpan berbagai warisan budaya, baik dalam bentuk tradisi maupun benda bersejarah. Selain itu, keraton juga merupakan lembaga adat penting sekaligus lengkap.

Pada bagian utama terhadap Taman Sari yang zaman dulu berguna sebagai benteng pertahanan dengan fungsi strategis. Selain itu, bangunan ini dulunya kompleks taman yang berguna sebagai tempat rekreasi keluarga kerajaan.

4. Pengaruh Sejarah

Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan, sejarah Keraton Yogyakarta juga menjadi pusat kebudayaan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Utamanya pada masyarakat Jawa.

Tradisi tersebut berupa gamelan, tarian klasik, dan wayang kulit. Dimana terus berkembang dan menyebar ke masyarakat luas. Bahkan hingga kini, tempat ini tetap menjadi pelestarian budaya dan seni Jawa.

Sejarah dan keberadaan Keraton Yogyakarta memberikan cerminan akan perkembangan tradisi serta budaya Jawa hingga saat ini. Dengan tata ruang penuh filosofi dan sejarah panjang, keberadaannya menjadi salah satu warisan sangat berharga bagi Indonesia.

Sebagai tempat yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, keberadaannya menjadi bagian penting dalam belajar kekayaan budaya Nusantara. Dengan pemahaman akan sejarah Keraton Yogyakarta membuat mengetahui nilai filosofi di dalamnya.